BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Salah satu
bentuk nutrisi yang dibutuhkan tubuh adalah mineral. Seperti unsur makanan yang
lain, mineral yang diperlukan untuk kelancaran aktivitas tubuh. Mineral makro
adalah kelompok mineral yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang relatif besar
dibandingkan kelompok mineral yang lain, kekurangan unsur mineral ini akan
menyebabkan terganggunya proses fisiologis yang terjadi dalam tubuh.
Dalam masyarakat, terdapat banyak informasi dan
pengetahuan tentang mineral makro, informasi tersebut tentunya tidak semuanya
berupa fakta. Terdapat opini bahkan kesalahan dalam pengetahuan tentang mineral
makro yang menyebar dalam masyarakat. Oleh karena itu, kami menghadirkan
makalah ini untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada para pembaca agar
dapat diterapkan dalam masyarakat.
I.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah defenisi dari mineral makro ?
2.
Dari mana mineral makro bersumber ?
3.
Apa saja fungsi dari mineral makro ?
4.
Apa yang akan terjadi jika tubuh
kekurangan ataupun kelebihan mineral makro ?
I.3 Tujuan
1.
Mampu mengetahui serta memahami defenisi
dari mineral makro
2.
Mampu mengetahui serta memahami sumber
dari mineral makro
3.
Mampu mengetahui serta memahami fungsi dari mineral makro
4.
Mampu mengetahui serta memahami apa yang
akan terjadi jika tubuh kekurangan ataupun kelebihan mineral makro
BAB II
PEMBAHASAN
Mineral Makro
II.1
Defenisi Mineral Makro
Terdapat sekitar 21 macam mineral yang diperlukan oleh
tubuh, termasuk cromium (Cr) dan silicon (Si) yang dahulu dianggap sebagai
kontaminan. Kira-kira 6% tubuh manusia dewasa terbuat dari mineral. Mineral
merupakan bagian dari tubuh dan memegang peran penting dalam pemeliharaan
fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara
keseluruhan.
Tubuh mempunyai beberapa cara mengontrol kadar mineral di
dalamnya, yaitu dengan cara mengatur jumlah yang diserap dari saluran
pencernaan, dan mengatur jumlah mineral yang ditahan oleh tubuh. Pengeluaran
kelebihan mineral dapat dilakukan melalui ginjal (urine), hati (asam empedu)
serta kulit (keringat).
Mineral yang dibutuhkan oleh manusia diperoleh dari tanah.
Sebagai konsumen tingkat akhir, manusia memperoleh mineral dari pangan nabati dan
hewani. Mineral merupakan bahan anorganik dan bersifat esensial.
Mineral yang dibutuhkan manusia diklasifikasikan menjadi
dua golongan yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro merupakan.
mineral yang jumlahnya relatif tinggi (>0,05% dari berat badan) di dalam
jaringan tubuh atau dibutuhkan tubuh dalam jumlah >100 mg sehari. Mineral
mikro disebut sebagai unsur renik (trace element) terdapat <0,05% dari berat
badan atau dibutuhkan tubuh dalam jumlah <100 mg sehari.
Unsur-unsur mineral makro adalah kalsium, fosfor, kalium,
sulfur, natrium, klor, dan magnesium. Sedangkan unsur-unsur mineral mikro
adalah besi, seng, selenium, mangan, tembaga, iodium, molibdenum, kobalt,
khromium, silikon, vanadium, nikel, arsen dan fluor. Elemen mineral yang belum
pasti diperlukan atau tidaknya oleh tubuh tetapi terdapat bukti partisipasinya
dalam beberapa macam reaksi biologis adalah : barium (Ba), timah putih (Sn),
Fluor (F), bromium (Br), sintronitium (Sr) dan kadmium (Cd). Sedangkan metaboliknya
adalah: emas (Au), perak (Ag), almunium (Al), air raksa (Hg), bismuth (Bi),
gallium (Ga), timah hitam (Pb), bron (B), litium (Li), antimon (Sb) dan 20
elemen lainnya.
Secara lebih spesifik, klasifikasi mineral makro, yaitu :
·
Kalsium (Ca)
Kalsium merupakan
mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu 1,5-2% dari berat
badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 kg. Kadar kalsium dalam darah
sekitar 10 mg/ 100ml dengan rentang 9-11 mg/ 100ml. Nilai kadar ini harus
dipertahankan agar berfungsi dengan baik. Hormon paatiroid mengatur kestabilan
kadar kalsium ini dengan meknisme umpan balik. Pembentukan tulang dilakukan
dengan bantuan osteoblas. Sebaliknya, mobilisasi kalsium dari tulang dilakukan
dengan bantuan osteoklas yang merombak tulang dan melepaskan kalsium untuk
dimasukkan ke darah, agar kadar kalsium darah tetap stabil.
Absorpsi dan Eskresi
Kalsium
Dalam keadaan normal
sebanyak 30-50% kalsium yang dikonsumsi diabsorpsi tubuh. Kemampuan absorpsi
lebih tinggi pada masa pertumbuhan, dan menurun pada proses menua. Kemampuan
absorpsi pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan pada semua golongan
usia. Absorpsi kalsium terutama terjadi di bagian atas usus halus yaitu
duodenum. Kalsium membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam keadaan terlarut.
Absorpsi kalsium terutama dilakukan secara aktif dengan menggunakan alat angkut
protein-pengikat kalsium. Absorbsi pasif terjadi pada permukaan saluran cerna.
Banyak faktor yang mempengaruhi absorpsi kalsium. Kalsium hanya bisa diabsorpsi
bila terdapat dalam bentuk larut-air dan tidak mengendap karena unsur makanan
lain seperti oksalat. Kalsium yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui feses.
Jumlah kalsium yang diekskresi melalui urin mencerminkan jumlah kalsium yang
diabsorpsi.
Faktor-faktor yang
meningkatkan Absorpsi Kalsium
1. Pertumbuhan
2. Kehamilan
3. Menyusui
4. Defisiensi kalsium
5. Tingkat aktivitas fisik
yang meningkatkan densitas tulang.
6. Semangkin tinggi
kebutuhan dan semakin rendah persediaan kalsium dalam tubuh semakin efisien
absorpsi kalsium.
7. Lemak meningkatkan waktu
transit makanan melalui saluran cerna, dengan demikian memberi waktu lebih
banyak untuk absorbsi kalsium.
8. Absorbsi kalsium lebih
baik bila dikonsumsi bersama dengan makanan.
9. Absorpsi kalsium paling
baik terjadi dalam keadaan asam.
Faktor-faktor yang
menghambat Absorbsi Kalsium
1. Kekurangan Vitamin D
dalam bentuk aktif
2. Asam oksalat
3. Asam fitat
4. Serat
5. Stres mental dan stres
fisik
6. Proses menua
Angka
Kecukupan Kalsium yang Dianjurkan
Angka
kecukupan pangan dan gizi LIPI (1998) sebagai berikut:
- Bayi
: 300-400 mg
- Anak-anak
: 500 mg
- Remaja
: 600-700 mg
- Dewasa
: 500-800 mg
- Ibu Hamil &
Menyusui : + 400 mg
·
Fosfor (P)
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh,
yaitu 1% dari berat badan. Fosfor di dalam tulang dan gigi berada dalam
perbandingan 1:2 dengan kalsium.
Absorsi
dan Metabolisme Fosfor
Fosfor dapat diabsorpsi secara efisiensi sebagai fosfor
bebas di dalam usus setalah dihidrolosis dan dilepas dari makanan. Bayi dapat
menyerap 85-90% fosfor berasal dari air susu ibu (ASI). Sebanyak 65-70% fosfor
berasal dari susu sapi dan 50-70% fosfor berasal dari susunan makanan normal
dapat diabsorpsi oleh anak-anak dan orang dewasa. Bila konsumsi fosfor rendah,
taraf absorpsi dapat mencapai 90% dari konsumsi fosfor.
Fosfor dihidrolisis dari makanan oleh enzim alkali
fosfatase di dalam mukosa usus halus dan diabsorpsi secara aktif dan difusi
pasif. Absorpsi aktif dibantu oleh bentuk aktif vitamin D.
Angka
Kecukupan Fosfor yang dianjurkan
Kecukupan fosfor rata-rata sehari untuk Indonesia
ditetapkan sebagai berikut (Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI 1993):
- Bayi
: 200-250 mg
- Anak-anak
: 250-400 mg
- Remaja dan
dewasa
: 400-500 mg
- Ibu hamil dan
menyusui : +200 – +300 mg
·
Kalium (K)
Kalium (potassium) merupakan ion bermuatan positif, kalium
terutama terdapat di dalam sel. Perbandingan natrium dan kalium di dalam cairan
intraselular adalah 1:10, sedangkan di dalam cairan ekstraselular 28:1.
sebanyak 95% kalium tubuh berada di dalam caian intaselular.
Absorbsi
dan Ekskresi
Kalium diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus. Sebanyak
80-90% kalium yang dimakan diekskresi melalui urine, selebihnya dikeluarkan
melalui feses dan sedikit melalui keringat dan cairan lambung. Taraf kalium
normal darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuan menyaring, mengabsorbsi
kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh aldosteron. Kalium
dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme
pertukaran di dalam tubula ginjal.
Perkiraan
Kebutuhan Kalium
Kebutuhan minimum akan kalium sebanyak 2000 mg sehari.
·
Sulfur (S)
Sulfur (belerang) terutama terdapat di dalam tulang rawan,
kulit, rambut dan kuku yang banyak mengandung jaringan ikat yang bersifat kaku.
Sulfur diabsorpsi sebagai bagian dari asam amino atau
sebagai sulfat anorganik. Selain sebagai bagian dari asam amino metionin dan
sistein, sulfur juga merupakan bagian dari enzim glutation serta berbagai
koenzim dan vitamin (B1 dan biotin), termasuk koenzim A.
Dalam bentuk teroksidasi sulfur dihubungkan dengan
mukopolisakarida yang berperan dalam melarutkan sisa metabolisme sehingga bisa
dikeluarkan melalui urin (terutama sisa metabolisme hormon steroid dan
obat-obat tertentu). Sulfur sebagai besar diekskresi melalui urin sebagai ion
bebas SO4=. Sulfur
juga merupakan salah satu elektrolit intraselular yang terdapat di dalam plasma
dalam konsentrasi rendah.
Kecukupan sehari sulfur tidak ditetapkan dan hingga
sekarang belum diketahui adanya kekurangan sulfur. Kita tidak akan kekurangan
sulfur bila makan cukup mengandung protein.
·
Natrium (Na)
Natrium (sodium) adalah kation utama dalam cairan
ekstraselular. 30-40% natrium ada di dalam kerangka tubuh. Di dalam tubuh, Na
terdapat di dalam sel (intraseluler) dan terutama terdapat dalam cairan di luar
sel (cairan extraseluler). Antara lain cairan saluran cerna, seperti cairan empedu
dan pankreas, mengandung banyak natrium.
Absorpsi
dan metabolisme Natrium
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3-7 gram sehari)
diabsorbsi, terutama di dalam usus halus. Natrium diabsorbsi secara pasif
(membutuhkan energi). Natrium yang diabsorbsi dibawa oleh aliran darah
keginjal. Disini natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah
yang cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium
yang jumlahnya mecapai 90-99% dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin.
Pengeluaran natrium ini diatur oleh hormon aldosteron, yang dikeluarkan kelenjar
adrenal bila kadar natrium darah menurun. Aldosteron merangsang ginjal untuk
mengabsorbsi kembali natrium. Dalam keadaan normal, natrium yang dikeluaran
melalui urin sejajar dengan jumlah natrium yang dikonsumsi.
Perkiraan
kebutuhan Na
Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung Na yang
dibutuhkan tubuh. Taksiran kebutuhan Na sehari untuk orang dewasa adalah
sebanyak 500mg. Kecukupan gizi yang dianjurkan: 2 g NaCl per hari untuk orang
dewasa sama dengan kira-kira 5 g garam dapur.
·
Klor (Cl)
Klor merupakan anion utama cairan ekstraselular. Klor
merupakan 0,15% berat badan. Konsentrasi klor tertinggi adalah dalam cairan
serebrospinal (otak dan sumsum tulang belakang), lambung dan pankreas yang
merupakan komponen asam lambung.
Absorpsi
dan Ekskresi klor
Klor hampir seluruhnya diabsorpsi di dalam usus halus dan
diekskresi melalui urin dan keringat. Kehilangan klor mengikuti kehilangan
natrium. Kebanyakan keringat dihalangi oleh aldosteron yang secara langsung
berpengaruh terhadap kelenjar keringat.
Perkiraan
kebutuhan Klor
Kebutuhan minimum klor sehari ditaksir sebanyak 750 mg.
·
Magnesium (Mg)
Magnesium adalah kation nomor dua paling banyak setelah
natrium di dalam cairan interselular. Magnesium dalam tubuh sebagian besar
terdapat dalam tulang dan gigi. Sisanya merupakan senyawa kompleks dengan Ca
dan P. Sisanya terdapat di dalam otot dan dalam cairan tubuh, baik di dalam sel
maupun di luar sel. Jaringan otot mengandung lebih banyak Mg dari pada Ca,
sedangkan darah mengandung lebih banyak Ca dari pada Mg. Pada orang sehat,
kadar Mg dalam darah mempunyai nilai konstan.
Absorpsi Magnesium
Magnesium terutama diabsorpsi di dalam usus halus,
kemungkinan dengan bantuan alat angkut aktif dan secara difusi pasif. Pada
konsumsi magnesium yang tinggi hanya sebanyak 30% magnesium diabsorpsi,
sedangkan pada konsumsi rendah sebanyak 60%. Absorpsi magnesium dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang sama yang mempengaruhi absorpsi kalsium kecuali vitamin
D tidak berpengaruh. Ekskresi magnesium menurun karena pengaruh kalsitonin,
glukagon dan PTH terhadap resorpsi tubula ginjal.
Angka
Kecukupan Magnesium
Kecukupan Mg rata-rata sehari untuk Indonesia ditetapkan
sekitar 4,5 mg/kg berat badan (Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI 1998). Ini
berarti kecukupan untuk orang dewasa laki-laki adalah 280 mg/hari dan untuk
wanita dewasa 250 mg/hari.
Tabel Klasifikasi Mineral Berdasarkan
Jumlah Yang Diperlukan Oleh Tubuh
KELAS
|
ELEMEN
|
% BERAT TUBUH
|
JUMLAH DALAM TUBUH
|
Elemen makro
(>
0,005 % berat tubuh)
|
Kalsium (Ca)
|
1,5 – 2,2
|
1,02 kg
|
Fosfor (P)
|
0,8 – 1,2
|
0,68 kg
|
Kalium (K)
|
0,35
|
0,27 kg
|
Belerang/ Sulfur (S)
|
0,25
|
0,20 kg
|
Natrium (Na)
|
0,15
|
|
Klor (Cl)
|
0,15
|
0,14 kg
|
Magnesium (Mg)
|
0,05
|
0,025 kg
|
|
Elemen Mikro (< 0,005 % berat
tubuh)
|
Zat besi (Fe)
|
0,004
|
4,5 g
|
Seng (Zn)
|
0,002
|
1,9 g
|
Selenium (Se)
|
0,0003
|
0,013 g
|
Mangan (Mn)
|
0,0002
|
0,016 g
|
Tembaga (Cu)
|
0,00015
|
0,125 g
|
Iodium (I)
|
0,00004
|
0,015 g
|
Molibdenum (Mo)
|
0,0002
|
|
Kobalt (Co)
|
0,00003
|
|
Kromium (Cr)
|
0,00003
|
|
Silikon (Si)
|
|
|
Vanadium (Va)
|
0,00045
|
|
Nikel (Ni)
|
0,00023
|
|
Arsen (As)
|
|
|
Walaupun bahan makanan
mengandung berbagai mineral untuk keperluan tubuh, namun tidak semua dapat
dimanfaatkan. Hal ini bergantung pada ketersediaan biologiknya adalah
tingkatan/ jumlah zat gizi yang dimakan yang dapat diabsorpsi oleh tubuh.
Sebagian zat gizi mungkin tidak mudah dilepaskan saat makanan dicerna atau
tidak diabsorpsi dengan baik.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi ketersediaan biologik mineral, yaitu:
· Kebutuhan tubuh
Tubuh menyerap mineral
sesuai dengan kebutuhannya, misalnya seseorang yang kurang Ca akan menyerap Ca
lebih banyak dari pada orang yang kadar Ca nya normal. Wanita dewasa menyerap
Fe lebih banyak dari pada laki-laki dewasa karena kebutuhan Fe wanita lebih
besar dari pada laki-laki.
·
Derajat Keasaman (pH) sistem pencernaan
Derajat keasaman sistem
pencernaan mempengaruhi ketersediaan biologik zat besi. Derajat keasaman yang
tinggi akan meningkatkan penyerapan zat besi, karena keasaman membuat zat besi
Feri (Fe3+) menjadi fero (Fe2+), bentuk yang mudah
diserap oleh sistem pencernaan dan sebaliknya.
·
Interaksi mineral dengan mineral
Mineral yang mempunyai
berat molekul dan jumlah muatan (valensi) yang sama bersaing satu sama lain
untuk diabsorpsi, dengan demikian dalam ketersediaan biologiknya. Contohnya
magnesium, kalium, besi dan tembaga yang mempunyai valensi +2. kalsium yang
dimakan terlalu banyak akan menghambat absorpsi besi, kebanyakan makan seng
akan menghambat absorpsi tembaga.
·
Interaksi vitamin dengan mineral
Vitamin C meningkatkan
absorpsi besi bila dimakan pada waktu bersamaan. Vitamin D kalsiterol
meningkatkan absorpsi kalsium. Koenzim tiamin (Vit.B1) membutuhkan magnesium
untuk berfungsi secara efisien.
·
Interaksi serat makanan dengan mineral
Makanan tinggi serat
(lebih dari 35 gram sehari) menghambat absorpsi kalsium, zat besi, seng dan
magnesium.
·
Adanya senyawa-senyawa lain
Ketersediaan biologik
mineral banyak dipengaruhi oleh bahan-bahan nonmineral di dalam makanan. Asam
fitat dalam serat kacang-kacangan dan serealia serta asam oksalat dalam bayam
mengikat mineral-mineral tertentu sehingga tidak dapat diabsorpsi.
II.2
Sumber Mineral Makro
Sumber-sumber
paling baik mineral adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang lebih banyak
terdapat dalam makanan nabati. Makanan hewani mengandung lebih sedikit bahan
pengikat mineral daripada makanan nabati.
Walaupun
bahan makanan mengandung berbagai mineral untuk keperluan tubuh namun tidak
semuanya dipat dimanfaatkan.
Sedangkan
sumber mineral makro secara spesifik berdasarkan klasifikasinya yaitu :
· Natrium (Na)
Garam dapur (NaCl), MSG, kecap, makanan yang diawetkan, daging,
ikan, unggas, susu dan telur
· Klor (Cl)
Garam dapur, makanan hasil laut, daging, susu, telur.
· Kalium (K)
Daging, ikan, unggas, tepung, buah-buahan dan sayuran (makanan
mentah/segar).
· Kalsium (Ca)
Susu, keju, kuning telur, kangkung/ sayuran berwarna hijau,
kacang-kacangan dan hasil olahannya, udang.
· Fosfor (P)
Makanan kaya protein: daging, ikan, telur, Susu, keju, unggas,
kacang-kacangan.
· Magnesium (Mg)
Sayuran hijau, Tepung gandum, kakao, kacang-kacangan, daging,
makanan dari laut dan susu
· Sulfur (S)
Susu, telur, daging, keju dan kacang-kacangan. Sumber utama sulfur
adalah protein yang mengandung asam amino metionin dan sistein, baik hewani
maupun protein nabati.
II.3
Fungsi Mineral Makro
Secara umum fungsi
mineral dalam tubuh sebagai berikut:
1. Mempertahankan
keseimbangan Asam-basa, memelihara keseimbangan asam tubuh dengan jalan
penggunaa mineral pembentuk asam (acid forming elements), yaitu Cl, S dan P dan
mineral pembentuk basa (base forming elements), yaitu Ca, Mg, K, dan Na.
2. Berperan dalam tahap
metabolisme tubuh. Mengkatalisasi reaksi yang bertalian dengan pemecahan
karbohidrat, lemak, dan protein serta pembentukan lemak dan protein tubuh.
3. Sebagai hormon (Iodium
terlibat dalam hormon tiroksin; Co dalam vitamin B12; Ca dan P untuk membentuk
tulang dan gigi) dan enzim tubuh/ sebagai kofaktor
4. Membantu memelihara
keseimbangan air tubuh
5. Menolong dalam
pengiriman isyarat ke seluruh tubuh
6. Sebagai bagian cairan
usus
7. Berperan dalam
pertumbuhan dan pemeliharaan tulang, gigi dan jaringan tubuh lainnya
Secara lebih spesifik, fungsi mineral
makro berdasarkan pengklasifikasiannya, yaitu :
· Natrium (Na)
1. Menjaga keseimbangan
cairan dalam tubuh (ekstrasel).
Na yang mengatur tekanan
osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel.
Bila jumlah Na di dalam sel meningkat secara berlebihan, air akan masuk ke
dalam sel, akibatnya sel akan membengkak. Inilah yang menyebabkan terjadinya
pembengkakan dalam jaringan tubuh. Keseimbangan cairan juga akan terganggu bila
seseorang kehilangan natrium. Air akan memasuki sel untuk mengencerkan Na dalam
sel. Cairan ekstraselular akan menurun. Perubahan ini dapat menurunkan tekanan
darah.
2. Menjaga keseimbangan
asam basa di dalam tubuh.
3. Berperan dalam
pengaturan kepekaan otot dan saraf. Berperan dalam transmisi saraf yang
menghasilkan terjadinya kontaksi otot.
4. Berperan dalam absorpsi
glukosa
5. Berperan sebagai alat
angkut zat-zat gizi lain melalui membran, terutama melalui dinding usus
· Klor (Cl)
1.
Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.
Memelihara suasana asam di dalam lambung.
3.
Mempertahankan keseimbangan asam basa Kalium
(K)
· Kalium (K)
1. Bersama Natrium:
Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa
2. Bersama Kalsium:
berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot.
3. Dalam sel: katalisator
dalam banyak reaksi biologik (metabolisme energi, sintesis glikogen, dan
protein).
· Kalsium (Ca)
1.
Pembentukan Tulang : sebagai bagian integral dari struktur tulang,
sebagai tempat penyimpanan kalsium
2.
Pembentukan Gigi
3.
Mengatur pembekuan darah
4.
Katalisator reaksi-reaksi biologik: absorpsi Vit.12, ekskresi
insulin oleh pankreas, dll
5.
Kontraksi otot
6.
Meningkatkan fungsi transpor membran sel (sebagai stabilisator
membran & transmisi ion melalui membran organela sel.
7.
Memperlancar transmisi rangsangan di jaringan saraf
(neurotransmission)
8.
Mengaktifkan enzim-enzim tertentu antara lain lipase, ATP-ase
· Fosfor (P)
1. Bersama Ca dan Mg
berperan dalam pembentukan tulang dan gigi
2. Mengatur pengalihan energi.
Dalam metabolisme KH (daur Krebs) membentuk ATP (adenosin trifosfat) dan ADP
(adenosin difosfat)
3. Absorbsi dan
transportasi zat gizi. Mengangkut lemak hasil penyerapan usus, masuk ke saluran
darah dialirkan ke seluruh tubuh.
4. Bagian dari ikatan tubuh
esensial. Merupakan bagian asam nukleat DNA dan RNA, yaitu senyawa yang membawa
faktor keturunan/ gen yang terdapat dalam inti sel.
5. Pengaturan keseimbangan
asam-basa. Fosfat memegang peranan penting sebagai buffer, untuk mencegah
perubahan tingkat keasaman cairan tubuh. Ini terjadi karena kemampuan fosfor
mengikat tambahan ion hidrogen.
· Magnesium (Mg)
1. Magnesium bertindak di
dalam semua sel jaringan lunak sebagai katalisator dalam reaksi-reaksi
biologik.
2. Di dalam sel
ekstraselular magnesium berperan dalam transmisi saraf, kontraksi otot.
3. Magnesium mencegah
pembekuan darah, sedangkan Ca mempercepat pembekuan darah.
4. Magnesium berperan
mengendorkan otot. Magnesium mencegah kerusakan gigi dengan cara menahan
kalsium di dalam email gigi.
· Sulfur (S)
1. Menstabilkan struktur
protein. Ikatan sulfida sangat penting artinya untuk membentuk protein stabil.
2. Berperan dalam
mengaktifkan enzim, karena berbagai enzim membutuhkan gugus sulfurhidril (-SH)
yang bebas, untuk melakukan aktivasinya. Dengan demikian sulfur berperan dalam
proses oksidasi-reduksi atau pernafasan jaringan berperan dalam metabolisme
energi dengan cara membentuk senyawa dengan ko-enzim A.
3. Sulfur berfungsi sebagai
peredam racun. Gugus sulfur yang aktif bersenyawa dengan racun itu sehingga menjadi
senyawa yang tidak berbahaya, kemudian dikeluarkan melalui urin.
II.4
Dampak Kekurangan dan Kelebihan Mineral Makro
Dampak kelebihan dan kekurangan mineral
makro sesuai dengan pengklasifikasian mineral makro :
· Natrium (Na)
1.
Akibat Kekurangan Na
Menyebabkan kejang, apatis, dan kehilangan nafsu makan. Kekurangan
Na dapat terjadi sesudah muntah, diare, keringat berlebihan dan bila
menjalankan diet yang sangat terbatas Na.
2.
Akibat Kelebihan Na
Kelebihan Na dapat menimbulkan keracunan yang dalam keadaan akut
menyebabkan edema dan hipertensi. Hal ini dapat diatasi dengan banyak minum.
Kelebihan konsumsi natrium secara terus-menerus terutama dalam bentuk garam
dapur dapat menimbulkan hipertensi.
· Klor (Cl)
1.
Akibat Kekurangan Cl
Dalam keadaan normal kekurangan klor jarang terjadi. Kekurangan
klor terjadi pada muntah-muntah, diare kronis, dan keringat berlebih. ASI
mengandung lebih banyak klorida dari pada susu sapi. Bila klorida tidak
ditambahkan dalam pembuatan susu formula bayi, akan terjadi kekurangan klor
yang dapat membawa kematian.
2.
Akibat Kelebihan Cl
Kelebihan Cl dapat membuat muntah.
· Kalium (K)
1.
Akibat Kekurangan K
Kekurangan kalium karena makanan jarang terjadi, kekurangan kalium
dapat terjadi karena kebanyakan kehilangan melalui saluran cerna (muntah-muntah,
diare kronis, kebanyakan menggunakan obat pencuci perut/ laxans) atau ginjal
(penggunaan obat-obat deuretik). Kekurangan kalium menyebabkan lemah, lesu,
kehilangan nafsu makan, kelumpuhan, mengigau dan konstipasi. Jantung akan
berdebar detaknya dan menurunkan kemampuan untuk memompa darah.
2.
Akibat Kelebihan K
Hiperkalemi akut dapat menyebabkan gagal jantung yang berakibat
kematian. Kelebihan kalium juga dapat terjadi bila ada gangguan fungsi ginjal.
· Kalsium (Ca)
1.
Akibat Kekurangan Ca
Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Bila terjadi
luka, pembekuan darah sangat lambat. Pada orang dewasa terjadi osteoporosis.
Kekurangan kalsium dapat pula menyebabkan osteomalasia, yang dinamakan juga
riketsia pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan
ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor. Mineralisasi matriks tulang
terganggu, sehingga kandungan kalsium di dalam tulang menurun. Kadar kalsium
darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang.
2.
Akibat Kelebihan Ca
Konsumsi Ca yang berlebihan dapat menyebabkan sulit buang air besar
(konstipasi) dan mengganggu penyerapan mineral seperti zat besi, seng dan
tembaga. Kelebihan Ca dalam jangka panjang akan meningkatkan risiko terkena
hypercalcemia, pembentukan batu ginjal dan gangguan fungsi ginjal. Oleh karena
itu konsumsi suplemen kalsium jauh di atas kebutuhan sebaiknya dihindari.
· Fosfor (P)
1.
Akibat Kekurangan P
Jarang terjadi kekurangan. Kekurangan bisa terjadi bila
menggunakan obat antasida (untuk menetralkan asam lambung). Kekurangan fosfor
menyebabkan kerusakan tulang/ mineralisasi tulang terganggu, pertumbuhan
terhambat, rakhitis, osteomalasia. Gejalanya adalah rasa lelah, kurang nafsu
makan dan kerusakan tulang.
2.
Akibat Kelebihan P
Kelebihan P Jarang terjadi. Penggunaan fosfor oleh tubuh salah
satunya ditentukan oleh rasio antara kalsium dan fosfor, yang idealnya bagi
remaja dan orang dewasa adalah 1:1 kelebihan fosfor terjadi bila rasio kalsium
fosfor lebih kecil dari ½ atau 1:2 kelebihan fosfor dapat mengganggu penyerapan
mineral seperti tembaga dan seng serta dapat pula memicu timbulnya hypocalcemia.
Bila kadar P darah terlalu tinggi, ion fosfat akan mengikat kalsium sehingga
menimbulkan kejang.
· Magnesium (Mg)
1.
Akibat Kekurangan Mg
Kekurangan jarang terjadi karena makanan. Defisiensi pada
alkoholisme dengan sirosis dan penyakit ginjal yang berat. Penyakit yang
menyebabkan muntah-muntah, diare, penggunaan diuretika (perangsang pengeluaran
urin) juga dapat menyebabkan kekurangan Mg. Kekurangan Mg berat menyebabkan
kurang nafsu makan, gangguan dalam pertumbuhan, mudah tersinggung, gugup,
kejang/tetanus, gangguan sistem saraf pusat, halusinasi, koma dan gagal
jantung.
2.
Akibat Kelebihan Mg
Akibat kelebihan Mg biasanya terjadi pada penyakit gagal ginjal.
Kelebihan magnesim dalam jangka panjang sama dampaknya dengan kekurangan
magnesium yaitu gangguan fungsi saraf (neurological distrubances). Gejala awal
kelebihan magnesium adalah mual, muntah, penurunan tekanan darah, perubahan
elektro kardiografik dan kelambanan refleks.
· Sulfur (S)
1.
Akibat Kekurangan S
Kecukupan
sehari sulfur tidak ditetapkan dan hingga sekarang belum diketahui adanya
kekurangan sulfur bila makanan yang kita konsumsi cukup mengandung protein.
Dampak kekurangan sulfur bisa terjadi jika kekurangan protein.
2.
Akibat Kelebihan S
Kelebihan sulfur bisa terjadi jika
konsumsi asam amino berlebih pada hewan yang akan menghambat pertumbuhan.
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang
peran penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan,
organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan.
. Mineral merupakan bahan anorganik dan bersifat esensial.
Mineral yang dibutuhkan manusia diklasifikasikan menjadi
dua golongan yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro merupakan.
mineral yang jumlahnya relatif tinggi (>0,05% dari berat badan) di dalam
jaringan tubuh atau dibutuhkan tubuh dalam jumlah >100 mg sehari. Mineral
mikro disebut sebagai unsur renik (trace element) terdapat <0,05% dari berat
badan atau dibutuhkan tubuh dalam jumlah <100 mg sehari.
Unsur-unsur mineral makro adalah kalsium, fosfor, kalium,
sulfur, natrium, klor, dan magnesium. Sedangkan unsur-unsur mineral mikro
adalah besi, seng, selenium, mangan, tembaga, iodium, molibdenum, kobalt,
khromium, silikon, vanadium, nikel, arsen dan fluor. Elemen mineral yang belum
pasti diperlukan atau tidaknya oleh tubuh tetapi terdapat bukti partisipasinya
dalam beberapa macam reaksi biologis adalah : barium (Ba), timah putih (Sn),
Fluor (F), bromium (Br), sintronitium (Sr) dan kadmium (Cd). Sedangkan metaboliknya
adalah: emas (Au), perak (Ag), almunium (Al), air raksa (Hg), bismuth (Bi),
gallium (Ga), timah hitam (Pb), bron (B), litium (Li), antimon (Sb) dan 20
elemen lainnya.
Sumber-sumber
paling baik mineral adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang lebih banyak
terdapat dalam makanan nabati. Makanan hewani mengandung lebih sedikit bahan
pengikat mineral daripada makanan nabati.
Secara umum fungsi
mineral dalam tubuh sebagai berikut:
1. Mempertahankan
keseimbangan Asam-basa, memelihara keseimbangan asam tubuh dengan jalan
penggunaa mineral pembentuk asam (acid forming elements), yaitu Cl, S dan P dan
mineral pembentuk basa (base forming elements), yaitu Ca, Mg, K, dan Na.
2. Berperan dalam tahap
metabolisme tubuh. Mengkatalisasi reaksi yang bertalian dengan pemecahan
karbohidrat, lemak, dan protein serta pembentukan lemak dan protein tubuh.
3. Sebagai hormon (Iodium
terlibat dalam hormon tiroksin; Co dalam vitamin B12; Ca dan P untuk membentuk
tulang dan gigi) dan enzim tubuh/ sebagai kofaktor
4. Membantu memelihara
keseimbangan air tubuh
5. Menolong dalam
pengiriman isyarat ke seluruh tubuh
6. Sebagai bagian cairan
usus
7. Berperan dalam
pertumbuhan dan pemeliharaan tulang, gigi dan jaringan tubuh lainnya
III.2 Saran
Setelah menguraikan penjelasan mengenai
mineral makro, kami sebagai penulis menyarankan kepada para pembaca untuk
mengkonsumsi mineral makro sesuai dengan kebutuhan tubuh kita agar kita dapat
terhindar dari berbagai penyakit yang akan menyerang.
DAFTAR PUSTAKA