Senin, 20 Mei 2013

OZON (O3)


BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang  
      Ozon termasuk kedalam pencemar sekunder yang terbentuk di atmosfer dari reaksi fotokimia NOx dan HC. Ozon bersifat oksidator kuat, karena itu pencemaran oleh ozon troposferik dapat menyebabkan dampak yang merugikan bagi kesehatan manusia. Laporan Badan Kesehatan Dunia menyatakan konsentrasi ozon yang tinggi (>120 µg/m3) selama 8 jam atau lebih dapat menyebabkan serangan jantung dan kematian atau kunjungan ke rumah sakit karena gangguan pada sistem pernafasan. Pajanan pada konsentrasi 160 µg/m3 selama 6,6 jam dapat menyebabkan gangguan fungsi paru-paru akut pada orang dewasa yang sehat dan padapopulasiyangsensitif. 
Emisi gas buang berupa NOx adalah senyawa-senyawa pemicu (precursor) pembentukan ozon. Senyawa ozon di lapisan atmosfer bawah (troposfer bawah, pada ketinggian 0 – 2000m) terbentuk akibat adanya reaksi fotokimia pada senyawa oksida nitrogen (NOx) dengan bantuan sinar matahari. Oleh karena itu potensi produksi ozon troposfer di daerah beriklim tropis seperti Indonesia sangat tinggi. Karena merupakan pencemar sekunder, konsentrasi ozon di luar kota --di mana tingkat emisi prekursor umumnya lebih rendah-- seringkali ditemukan lebih tinggi daripada konsentrasi ozon di pusat kota. Percepatan produksi ozon dibantu dengan kehadiran senyawa lain seperti NOx, hidrokarbon, CO dan senyawa-senyawa radikal yang juga diemisikan dari pembakaran bahan bakar fosil. Puncak pola fluktuasi harian ozon umumnya terjadi setelah terjadinya puncak konsentrasi NOx dan efek yang lebih merugikan terhadap kesehatan karena adanya kombinasi pencemar NOx dan ozon dapat terjadi. Diketahui bahwa kombinasi NOx-O3 dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru (Hazucha,1996). Selain menyebabkan dampak yang merugikan pada kesehatan manusia, pencemar ozon dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat ausnya bahan atau material (tekstil, karet, kayu, logam, cat, dlsb), penurunan hasil pertanian dan kerusakan ekosistem seperti berkurangnya keanekaragaman hayati.


I.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas terdapat 6 masalah yang akan dikaji dalam penyusunan makalah ini. Yaitu:
1.      Bagaimana sifat fisik dan kimia Ozon (O3)?
2.      Bagaimana sumber alamiah dan nonilmah Ozon(O3)?
3.      Bagaimana distribusi dan dinamika di lingkungan (reaksi kimia) Ozon (O3)?
4.      Bagaimana standard dan nilai ambang batas (NAB) Ozon (O3)?
5.      Apa dampak Ozon (O3) terhadap kesehatan?
6.      Bagaimana cara pengendalian (pencegahan dan penanggulangan ) pada Ozon (O3)?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui serta memahami sifat fisik dan kimia Ozon (O3).
2. Untuk mengetahui serta memahami sumber alamiah dan nonilmiah Ozon (O3).
3. Untuk mengetahui serta memahami distribusi dan dinamika di lingkungan (reaksi kimia) Ozon (O3).
4. Untuk mengetahui serta memahami standard dan nilai ambang batas (NAB) Ozon (O3).
5. Untuk mengetahui serta memahami dampak Ozon (O3) terhadap kesehatan.
6. Untuk mengetahui serta memahami pengendalian (pencegahan dan penanggulangan ) pada Ozon (O3)












BAB II
PEMBAHASAN
1.   Sifat Fisik dan Kimia Ozon (O3)
(O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar.Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia. Reaksi ini juga melibatkan siklus fotolitik NO2. Polutan sekunder yang dihasilkan dari reaksi hidrokarbon dalam siklus ini adalah ozon dan peroksiasetilnitrat.
Sifat-sifat fisik Ozon:
1
Penampakan
Gas tidak berwarna atau cairan berwarna biru gelap
2
Titik lebur
-193 oC
3
Titik didih
-111,9 oC
4
Suhu kritis
144 oC
5
Tekanan uap
20 mmHg pada -157 oC
6
Kerapatan
1,6
7
Berat jenis
1,62 gr/cm3 -195,4 oC
 Sifat-sifat kimia Ozon
O3 memiliki karakteristik berbau tajam, merupakan gas yang beracun. Ozon adalah zat pengoksidasi yang kuat dibandingkan dengan O2 dan bereaksi dengan banyak senyawa dalam kondisi di mana O2tidak dapat melakukannya. Reaksi;
O3 + 2KI + H2O I2 + 2KOH + O2
Reaksi diatas adalah kuantitatif dan dapat digunakan untuk analisis. Jumlah O3 dalam suatu campuran gas dapat ditentukan dengan melewatkan sampel gas ke dalam larutan KI yang telah diatur pHnya dengan larutan buffer borat (pH 9,2) kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat.
O3 + 2 K+ + 2 I-                       I2 + 2 KOH+ O2
Ozon digunakan untuk oksidasi senyawaan organik dan dalam pemurnian air. Ozon digunakan untuk oksidasi senyawaan organik dan dalam pemurnian air. Mekanisme oksidasi mungkin melibatkan proses rantai radikal bebas demikian juga intermediet dengan gugus –OOH. Dalam larutan asam O3 hanya diungguli dalam kekuatan oksidasinya oleh F2, ion perxentat, atom oksigen, radikal OH, dan sejumlah kecil spesies yang lainnya.
2. Sumber (Alamiah dan Non Alamiah)
Secara alamiah ozon dapat terbentuk melalui radiasi sinar ultraviolet pancaran sinar Matahari. Chapman menjelaskan pembentukan ozon secara alamiah pada tahun 1930. Di mana ia menjelaskan bahwa sinar ultraviolet dari pancaran sinar Matahari mampu menguraikan gas oksigen di udara bebas. Molekul oksigen tadi terurai menjadi dua buah atom oksigen, proses ini kemudian dikenal dengan nama photolysis. Lalu atom oksigen tadi secara alamiah bertumbukan dengan molekul gas oksigen yang ada disekitarnya, lalu terbentuklah ozon. Ozon yang terdapat pada lapisan stratosphere yang kita kenal dengan nama ozone layer (lapisan ozon) adalah ozon yang terjadi dari hasil proses alamiah photolysis ini.Proses semacam ini terjadi pula pada smog (kabut) yang banyak kita dapati di kota-kota besar seperti Jakarta, yang sarat dengan polusi udara. Gas NOx dan hydrocarbon dari asap buangan kendaraan bermotor dan berbagai kegiatan industri, merupakan sumber pembawa terbentuknya ozon.Selain proses alamiah, ozon juga dapat dibuat dengan mempergunakan peralatan antara lain dengan metode electrical discharge dan sinar radioaktif. Pembuatan ozon dengan electrical discharge pertama kali dilakukan oleh Siemens pada tahun 1857 dengan mempergunakan metode dielectric barrier discharge. Secara alamiah ozon ada di mana-mana dalam atmosfir. Di permukaan bumi
konsentrasinya sekitar 0,02-0,03 ppm. Secara nonalamiah ozon yaitu masuknya zat pencemar oleh aktivitas manusia, yang pada umumnya tanpa disadari dan merupakan produk sampingan, berupa gas-gas beracun, asap, partikel-partikel halus, senyawa belerang, senyawa kimia, buangan panas, dan buangan nuklir.



3. Distribusi dan Dinamika di Lingkungan (reaksi kimia)
      Ozon adalah senyawa dari 3 atom oksigen (O3). Bandingkan dengan gas oksigen yang merupakan senyawa 2 atom oksigen(O2). Ozon adalah gas berwarna biru yang daya oksidasinya luar biasa. Oleh sebab itu dalam industri ozon sering digunakan sebagai penghilang bau dan rasa tengik senyawa hidrokarbon. Ozon juga merupakan disinfektan yang 5000 kali lebih cepat dan lebih disukai daripada klor, karena klor meninggalkan bau dan rasa yang tidak enak. Watak interaksinya dengan sinar UV merupakan hal terpenting dalam fungsinya sebagai perisai bumi. Ozon mudah menyerap sinar UV, terutama diantara 240-280 nm, dan pecah menjadi 1 atom oksigen (O) dan 1 molekul gas oksigen (O2) :
            O3+ UV à O + O2                                        (1)
Secara alamiah ozon ada di mana-mana dalam atmosfir. Di permukaan bumi konsentrasinya sekitar 0,02-0,03 ppm. Di daerah industri konsentrasinya lebih tinggi, dapat mencapai 0,5 ppm, karena terjadinya reaksi gas oksigen di udara oleh sinar matahari dengan hadirnya partikel-partikel asap pabrik :
O2+ UV à O + O                                          (2)
            O +O2+ M  à O3+ M                                    (3)
UV pada persamaan (2) adalah dari panjang gelombang <240 nm yang lolos masuk ke troposfir. M adalah partikel asap pabrik yang berlaku sebagai katalis dalam persamaan (3). Adanya azon di troposfir sebetulnya malah merugikan, karena selain ozon sendiri tidak baik bagi kesehatan, ia juga berfungsi sebagai salah satu gas efek rumah kaca yang ikut menaikkan suhu permukaan bumi dewasa ini. Kontribusi ozon sebagai gas efek rumah kaca adalah sebesar 7 % (Kompas 8 Juni 1992, p.4: kiat AS dalam KTT Bumi), menduduki peringkat keempat setelah karbondioksida (CO2), senyawa klorofluorokarbon CFC dan metana (CH4). Pada konsentrasi 1,2 ppm ozon sudah dikatakan racun bagi tubuh manusia, ia dapat menyebabkan iritasi selaput lendir, dada menjadi sakit dan batuk-batuk. Batasan acuan konsentrasi ozon yang masih dapat dikatakan aman adalah rata-rata 0,1 ppm dalam sehari.
4. Standard dan Nilai Ambang Batas (NAB) Ozon (O3)
Ozon di lapisan troposfer merupakan salah satu gas rumah kaca yang potensial berubah karena kegiatan manusia. Ozon dihasilkan melalui reaksi radiasi matahari pada gas-gas seperti nitrogen oksida (NO2) dan gas hidro karbon. Semenjak kegiatan manusia yang menghasilkan gas rumah kaca meningkat, maka pengukuran ozon permukaan ini sangat penting untuk dilakukan agar dapat diketahui tingkat konsentrasi unsur di atmosfer. Pengukuran ozon permukaan dilakukan dengan mempergunakan alat yang dinamakan Ozone Analyzer. Di Stasiun GAW Bukit Kototabang pengukuran ozon ini dimulai sejak September 1996 dengan mempergunakan alat buatan Tenco Inst. Nilai ambang batas untuk lapisan ozon permukaan adalah 100 ppb (0.1 ppm).

5. Dampak Ozon (O­­3) Terhadap Kesehatan
     Walaupun efek perubahan iklim dan konsekuensi pemanasan global tidak dimengerti secara pasti, beberapa efek langsung terhadap pajanan peningkatan temperatur dapat diukur, seperti peningkatan kejadian penyakit yang berhubungan dengan kenaikan temperatur, peningkatan angka kematian karena gelombang udara panas seperti yang terjadi di Perancis tahun 2003. Kondisi iklim yang tidak stabil dapat juga menyebabkan peningkatan kejadian bencana alam, seperti badai, angin siklon puting beliung, kekeringan, dan kebakaran hutan, yang berdampak terhadap kesehatan fisik dan mental masyarakat yang terserang. Pola iklim yang terganggu juga menyebabkan efek tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Efek terhadap pola hujan yang meningkatkan bencana banjir dapat menyebabkan peningkatan kejadian penyakit perut karena efeknya pada sumber air dan penyediaan air bersih, penyakit malaria, demam berdarah dengue, chikungunya dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui rodent seperti leptospirosis. Efek tidak secara langsung ini menjadi sangat serius pada daerah di dunia dengan penduduk miskin. Terdapat sejumlah penyakit yang diprediksi prevalensinya akan meningkat sebagai akibat perubahan iklim. WHO (2004) telah mengidentifikasi beberapa penyakit yang sangat besar kemungkinan karena perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya wabah. Telah direkomendasikan memasang sistem peringatan dini untuk memonitor perubahan distribusi penyakit. Beberapa penyakit yang bukan wabah juga berhubungan dengan perubahan iklim. Penggunaan teknologi dan pengindraan jarak jauh atau  Geographical Information System(GIS) telah memungkinkan peningkatan pemetaan risiko beberapa penyakit, misalnya penyakit cacing perut. Terdapat sedikit variasi musim terhadap kejadian penyakit infeksi cacing, tetapi terdapat beberapa bukti bahwa kelembaban tanah adalah sangat penting (WHO, 2004) dan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim dan presipitasi air hujan. Pemetaan risiko secara geografis (geographical risk mapping) kecacingan seperti schistizomiasis dan filariasis telah ditangani
dengan penggunaan data temperatur, presipitasi dan vegetasi.
     Penyakit diare merupakan penyebab signifikan kesakitan dan kematian secara global. Dua juta anak-anak meninggal setiap tahunnya di negara dengan penduduk berpenghasilan menengah ke bawah walaupun sudah ada peningkatan penggunaan oralit untuk terapinya. Kesakitan dan kematian tersebut berhubungan dengan pemakaian air yang tidak memenuhi syarat kesehatan serta higiene dan sanitasi lingkungan yang tidak memadai. Walaupun demikian, diare juga masih menjadi masalah di negara dengan penduduk berpenghasilan menengah ke atas, karena diare tidak hanya berhubungan dengan higiene dan sanitasi lingkungan, tetapi juga berhubungan dengan praktek higiene dan keamanan pangan. Terdapat variasi musiman dalam penyakit diare, dimana pada peningkatan temperatur berhubungan dengan peningkatan jumlah penderita diare yang masuk rumah sakit di semua bagian belahan bumi ini. Studi yang dilakukan di Peru menunjukkan bahwa penderita diare yang masuk rumah sakit meningkat sebanyak 4% untuk setiap peningkatan temperatur 1oC di musim kemarau, dan meningkat 12% untuk setiap peningkatan temperatur 1oC di musim penghujan. Di Fiji studi pada hal yang sama menunjukkan adanya peningkatan kasus bulanan 3% untuk setiap peningkatan temperatur per 1oC (Singh et al., 2001). Perubahan iklim diprediksi berdampak terhadap penyakit diare seperti kolera, karena perubahan curah hujan menyebabkan banjir di musim penghujan yang berakibat epidemi dan sebaliknya terjadi kekeringan di musim kemarau. Perubahan ini juga berdampak terhadap penyediaan air bersih dan sanitasi yang adekuat, serta juga tersedianya makanan yang higienis dan kemampuan menerapkan praktek higiene yang baik pada tempatnya. Di negara maju dilaporkan adanya kasus keracunan makanan di bulan-bulan musim panas. Salmonella adalah penyebab kedua terbanyak pada kasus keracunan makanan di England dan Wales dengan jumlah 30.000-40.000 kasus yang telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium per tahun, yang dengan demikian masih banyak kasus yang tidak terekam. Bakteria Salmonella tumbuh pada makanan pada temperatur ambien dan menunjukkan hubungan linier sampai temperatur di atas 7-8 oC. Penyimpanan makanan yang sempurna meliputi pendinginan yang adekuat akan memperlambat dan bahkan menghentikan pertumbuhan bakteri. Penyakit juga menyebar dari satu orang ke orang lain dikarenakan praktek perilaku higiene yang tidak baik. Wabah Salmonella sering berhubungan dengan dengan praktek penanganan makanan yang kurang higienis dan kegagalan di industri makanan. Terdapat bukti yang kurang kuat untuk menghubungkan perubahan iklim dengan peningkatan penyakit diare yang disebabkan oleh Salmonella atau bakteri lainnya seperti Campylobacter, kecuali semakin tinggi temperatur pada musim panas akan semakin meningkat kemungkinan perilaku yang berisiko seperti piknik, sebagai penyebaran penyakit karena berhubungan praktek penjamahan makanan yang kurang higienis. Pemanasan global yang terjadi menyebabkan perubahan iklim dan cuaca di seluruh dunia. Sebagian belahan dunia menjadi lebih kering, dan sebagian lagi menjadi lebih basah. Sebagian dunia ada yang menjadi lebih panas dan sebagian lagi menjadi lebih dingin. Semua itu mempengaruhi spesies yang hidup didalamnya, khususnya nyamuk yang sangat peka terhadap perubahan cuaca yang terjadi secara cepat. Perubahan iklim secara tidak langsung mempengaruhi distribusi, populasi, serta kemampuan nyamuk dalam menyesuaikan diri (Patz, 2006). Nyamuk Aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah dengue (DBD) hanya berkembang biak pada daerah tropis yang temperaturnya lebih dari 16 oC dan pada ketinggian kurang dari 1.000 meter di atas permukaan air laut. Namun sekarang nyamuk tersebut telah banyak ditemukan pada daerah dengan ketinggian 1.000–2.195 meter di atas permukaaan air laut. Pemanasan global menyebabkan suhu beberapa wilayah cocok untuk berbiaknya nyamuk Aedes, dimana nyamuk ini dapat hidup optimal pada suhu antara 24-28 oC. Karena itu mudah difahami bahwa perubahan iklim karena pemanasan global memperluas ruang gerak nyamuk Aedes sehingga persebaran daerahnya menjadi lebih luas. Perluasan persebaran daerah ini akan meningkatkan risiko terjangkitnya penyakit DBD di suatu daerah yang sebelumnya belum pernah terjangkit. Secara umum dapat dikatakan bahwa perubahan iklim meningkatkan curah hujan yang berdampak pada meningkatnya habitat larva nyamuk sehingga meningkatkan kepadatan populasi nyamuk. Peningkatan kelembapan juga meningkatkan agresivitas dan kemampuan nyamuk menghisap darah dan berkembang biak lebih cepat. Penelitian laboratoris menyebutkan bahwa tingkat replikasi virus Dengue berhubungan dengan kenaikan temperatur. Dalam penelitian ini ditunjukkan dengan model pengaruh perubahan temperatur secara relatif akan memberikan kesempatan pada virus untuk memasuki populasi manusia yang rentan terhadap risiko terjangkit. Kenaikan suhu memperpendek masa inkubasi virus dalam tubuh vektor (Patz, 2006).
6.      Pengendalian (Pencegahan dan Penanggulangan) Ozon.
Pencegahan:
Dalam memelihara lapisan ozon, seluruh masyarakat di dunia harus bertindak yaitu dengan cara :
1)      Mengurangi atau tidak menggunakan lagi produk-produk rumah tangga yang         mengandung zat-zat yang dapat merusak lapisan pelindung bumi (Bahan Perusak Ozon)  dari sinar UV.
2)      Menggunakan selalu produk-produk yang berlogo ramah ozon.
3)  Menggunakan alat pemadam api yang tidak mengandung Haloncarbon.
4)      Memeriksa dan merawat peralatan pendingin/pengatur suhu dan sistem pemadam api secara berkala untuk memastikan tidak adanya kebocoran BPO (CFC, HCFC atau Halon)
5)        Memastikan bahwa CFC/HCFC/Halon yang ada di dalam sistem diambil kembali (recovery) dan didaur ulang (recycle) dalam proses perawatan dan perbaikan sistem pendingin atau pemadam api.
6)        Mengirim CFC/HCFC/Halon yang sudah tidak terpakai ke fasilitas pengolahan BPO bekas seperti Halon Bank, Pusat Reklamasi CFC atau Pemusnahan BPO.
7)       Mengganti alat-alat kebutuhan yang berpotensi menghasilkan zat-zat perusak ozon dengan alternatif lain yang lebih ramah lingkungan misalnya pembangkit tenaga listrik dari sel surya, angin atau arus air terjun/turbin.
8)      Diperlukan upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam             program perlindungan lapisan ozon, pemahaman mengenai penanggulangan penipisan    lapisan ozon, memperkenalkan bahan, proses, produk, dan teknologi yang tidak merusak           lapisan ozon dengan cara mengadakan seminar “Save Our Earth”.
9)      Tidak membakar hutan maupun menebang pohon-pohon secara liar.

Penanggulangan
            Isu penipisan lapisan ozon telah dijadikan isu internasional oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Lingkungan Hidup, United Nations Environment Programme (UNEP) sejak tahun 1987. Atas permintaan “United Nations Environment Programme” (UNEP), WMO memulai Penyelidikan Ozon Global dan Proyek Pemantauan untuk mengkoordinasi pemantauan dan penyelidikan ozon dalam jangka panjang. Semua data dari penelitian pemantauan di seluruh dunia diantarkan ke Pusat Data Ozon Dunia di Toronto, Kanada, yang tersedia kepada masyarakat ilmiah internasional.
            Pada tahun 1977, pertemuan pakar UNEP mengambil tindakan Rencana Dunia terhadap lapisan ozon, dengan ditandatanganinya Protokol Montreal pada tahun 1987, suatu perjanjian untuk perlindungan terhadap lapisan ozon. Protokol ini kemudian diratifikasi oleh 36 negara termasuk Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 1990 diumumkan pelarangan total terhadap penggunaan CFC sejak diusulkan oleh Komunitas Eropa (sekarang Uni Eropa) pada tahun 1989, yang juga disetujui oleh Presiden Amerika Serikat, George Bush.
            Untuk memonitor berkurangnya ozon secara global, National Aeronautics and Space Administration (NASA) meluncurkan Satelit Peneliti Atmosfer. Satelit dengan berat 7 ton ini mengorbit pada ketinggian 600 km (372 mil) untuk mengukur variasi ozon pada berbagai ketinggian dan menyediakan gambaran jelas pertama tentang kimiawi atmosfer di atas.
            Perhatian negara-negara di dunia terhadap penipisan lapisan ozon sebenarnya sudah ada sebelum lahirnya Protokol Montreal. Yaitu dengan terciptanya kebijakan dalam perlindungan lapisan ozon pada tahun 1981 melalui keputusan UNEP Governing Council, merupakan kelompok kerja yang beranggotakan wakil dari beberapa negara. Kelompok kerja ini menyusun suatu konsep “Konvensi untuk Perlindungan Lapisan Ozon.”
            Sampai kemudian pada tahun 1985 dokumen ini dikenal dengan Konvensi Wina, yang berisikan tentang perlindungan terhadap lapisan ozon. Dokumen ini diadopsi oleh negara-negara Uni Eropa serta 21 negara lainnya di dunia. Konvensi Wina merupakan titik awal pergerakan dalam menyelamatkan lapisan ozon. Konvensi Wina merupakan landasan hukum pelaksanaan perlindungan lapisan ozon ditingkat internasional yang mensyaratkan seluruh negara pihak untuk bekerjasama  melaksanakan pengamatan, penelitian dan pertukaran informasi guna memperoleh pemahaman yang lebih baik dan mengkaji dampak kegiatan manusia terhadap lapisan ozon serta dampak penipisan lapisan ozon terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
            Tak lama setelah itu muncul Protokol Montreal pada tanggal 16 September 1987. Protokol Montreal memuat aturan pengawasan produksi, konsumsi dan perdagangan bahan-bahan perusak lapisan ozon. Dalam protokol tersebut tercantum jenis-jenis bahan kimia yang masuk dalam daftar pengawasan serta jadwal penghapusan masing-masing jenis BPO. Protokol Montreal kemudian mengalami penyempurnaan melalui penetapan Amandemen London (1989), Amandemen Kopenhagen (1992), Amandemen Montreal (1997) serta Amandemen Beijing (1999).
Salah satu upaya masyarakat dalam membantu upaya pemerintah untuk menanggulangi menipisnya lapisan ozon yaitu dengan cara penanaman tumbuhan dan pohon-pohon sekaligus melestarikannya.
            Karena dengan banyaknya pohon, maka banyak pula oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan atau pohon tersebut. Dengan banyaknya kandungan oksigen di udara bebas maka semakin banyak juga ozon yang terbentuk dan naik ke atmosfer. Sehingga membentuk lapisan ozon yang tebal dan stabil keberadaannya.














BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Lapisan Ozon adalah lapisan yang melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet dari matahari. Lapisan ini berada di lapisan stratosfer bumi yang terletak di sekitar 15-50 km di atas permukaan bumi. Seiring dengan berkembangnya zaman, penggunaan bahan-bahan yang mengandung Bahan Perusak Ozon (BPO) telah banyak digunakan oleh masyarakat dunia hingga sekarang. Sehingga menimbulkan kerusakan pada lapisan ozon dengan terbentuknya lubang ozon.
            Oleh karena itu dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan oleh semua masyarakat dunia untuk mengantisipasi kerusakan pada lapisan ozon. Tindakan yang dapat dilakukan oleh masyarakat dunia untuk mencegah penipisan lapisan ozon diantaranya adalah sebagai berikut.
1)      Mengurangi atau tidak menggunakan lagi produk-produk rumah tangga yang   mengandung zat-zat yang dapat merusak lapisan ozon.
2)      Mengganti alat-alat kebutuhan yang berpotensi menghasilkan zat-zat perusak ozon dengan alternatif lain yang lebih ramah lingkungan.
3)      Meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam program perlindungan lapisan ozon, pemahaman mengenai penanggulangan penipisan lapisan ozon, memperkenalkan bahan, proses, produk, dan teknologi yang tidak merusak lapisan ozon dengan cara mengadakan seminar-seminar dan penyuluhan secara rutin di berbagai organisasi masyarakat.






Daftar Pustaka 
1.    Dasar-dasar kesehatan lingkungan, Anwar Daud, Semut Grafis, 2001, Makassar.
2.    Kesehatan Lingkungan, Ricki M.Mulia, Graha Ilmu, 2005, Yogya.
3.    Ilmu Lingkungan Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan, Agoes Sugianto, Surabaya, Surabaya Airlangga UNIV Press, 2010.
4.    Greenberg, dkk.1998. Panduan Pemberitahuan Lingkungan Hidup. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
5.    Kualitas udara dalam ruang, Lily Pudjiastuti, Direktorat Jenderal Pendidkan Tinggi, 1998.

Minggu, 12 Mei 2013

Bla... Bla... Bla...


Pesan buat Kekasih..
Bila suatu saat kau membaca goresanku ini,
ingatlah pada saat-saat bahagia,
yang pernah ada diantara kita.
bukan air mata,
tapi tertawa yang penuh ceria.

Tapi tolong jangan terlalu dini,
kau menemukan goresanku ini,
karena mungkin akan mempengaruhi langkahmu untuk menuju nirwana.

Bila suatu saat kau sudah melupakan semua,
semua yang sudah pernah terjadi diantara kita,
dan pada saat itu, engkau tertawa ceria di tengah2 putra-putrimu dan pendampingmu..
maka saat itu kau akan mengerti,
bahwa pengorbananku tidak akan sia-sia,
dan keputusanku selamanya tidak pernah salah!

Dari aku ..masih tetap dengan cinta yang dulu..
Salam manis buat yang baca

Selasa, 07 Mei 2013

Sampai Menutup Mata


Embun di pagi buta
Menebarkan bau asa
Detik demi detik ku hitung
Inikah saat ku pergi
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Oh Tuhan ku cinta dia
Berikanlah aku hidup
Takkan ku sakiti dia
Hukum aku bila terjadi
 aku tak mudah mencintai
aku tak mudah mengaku ku cinta
aku tak mudah mengatakan
aku jatuh cinta
senandungku hanya untuk cinta
tirakatku hanya untuk engkau
tiada dusta sumpah ku cinta
sampai ku menutup mata
cintaku sampai ku menutup mata
Oh Tuhan ku cinta dia
Berikanlah aku hidup
Takkan ku sakiti dia
Hukum aku bila terjadi